Rumah itu bernama sabar, manisku.
Di pintu masuknya terpahat sebaris kalimat "Buah yang sangat pahit, namun terasa manis pada akhirnya".
Manis setara madu bahkan secawan anggur. Tidak membuat mabuk, sebaliknya menenangkan dan membawa ketenangan.
Saat melangkah masuk, kakimu akan menyentuh lantainya yang dingin menyejukkan. Tahukah sebabnya? Karena lantainya adalah keikhlasan hatimu, kesucian niatmu dan keluhuran budi pekertimu. Tiang-tiangnya diambil dari keteguhanmu menjalankan segala yang telah diperintahkan-Nya serta menjauhkan diri dari hal yang dilarang-Nya. Kokoh dan kuat selamanya.
Rumah itu menunggu kepulanganmu. Selalu. Setiap saat.
Maka manakala kau telah cukup letih berjalan, dengan pundak sarat beban, pulanglah! Berdiamlah di biliknya. Sejauh manapun kamu berjalan. Dan seberat apapun pikulanmu, di rumah ini semua akan teratasi. Sebab di rumah ini ada sebuah pelita yang tak pernah berhenti berpijar. Pelita itu adalah Nur Illahi.
Nah.. Kamu tak akan pernah kegelapan berada di sana selama apapun, manisku. Karenanya .. Tak perlu bersedih lagi, ya! Tersenyumlah.. Sebab rumah itu diperuntukkan bagi mereka yang mengharap agar lebih didekatkan dan memperoleh kasih sayang-Nya. Hmm.. Semoga kita dapat menghuni rumah itu bersama-sama.
No comments:
Post a Comment